Let me kiss you.

chxiaus
4 min readJun 28, 2022

--

— just you

Lampu merah menyala, membuat suasana keduanya terlihat canggung. Iya, mereka sekarang sedang berada di ruangan berukuran lebih kecil dengan lampu merah. Entah untuk apa ruangan ini, tapi ini disediakan dari gedung ini untuk prom sekolah mereka. Katanya sih, ini red-room.

Kursi sofa kecil yang berhadapan membuat mereka memilih untuk duduk berpisah. Sungguh, pertemuan ini lebih canggung dari sebelumnya.

Ketampanan Baron membuat Abil gelisah. Bukan, bukan dalam bermaksud berpikir kesana, tapi siapa yang tidak canggung berduaan dengan pria tampan dan pakaian seperti itu di ruangan tertutup dengan lampu merah?

Tulisannya sih memang red room, tapi mereka tidak menyangka bakal merasakan sepanas ini.

Ketampanan Baron membuat Abil gelisah. Bukan, bukan dalam bermaksud berpikir kesana, tapi siapa yang tidak canggung berduaan dengan pria tampan dan pakaian seperti itu di ruangan tertutup dengan lampu merah?

Abil terus menggigit bibir bawahnya dan terus memainkan hp nya karna gugup. Sesekali juga mengumpat dalam hati karna frustasi.

Hal itu tidak hanya dialami Abil. Baron benar-benar merasakan otak dan badannya terbakar karna harus menahan semua pikirannya disaat yang seperti ini. Baron jago dalam hal denial, tapi tidak untuk saat ini.

Bukan sih Bukan berarti dia berpikiran aneh-aneh juga, tapi coba bayangin, siapa yang tidak terganggu dengan ruangan kecil, lampu merah, dan cewe cantik seperti Abil? Apalagi, dia sedang tergila-gila dengan wanita ini.

“Shit! Gua harus apa?!” Berulang kali Baron katakan dalam hati. “Kenapa gua bawa dia kesini?! Dia ga mikir gue mesum lagi kan?! Soalnya gua cuma asal pilih tempat…” Dan ini juga.

Baron terus menggerakkan kakinya lebih sering. Gugup. Sialan. Tidak ada siapa-siapa yang bisa menenangkan mereka disini.

help!!! Abil berteriak dalam hati. Dia melihat Baron menaruh Hp nya di kursi dan sedang merapikan pakaian juga rambutnya. Entah sudah berapa scenario yang ada dipikirannya sekarang, Ia benar-benar menggila disana.

Apa?! Ngapain dia gitu?! Cuma mau rapihin baju kan?! Ga ada apa-apa, kan?! Bangsat! gua panas dingin!

Nafas Abil semakin tidak bisa di kontrol.

Ting!

“Jangan foto gua diem-diem dan ngomongin gua di priv”

“Langsung to the point aja.”

Shit. Panas seluruh tubuh Abil saat mendapatkan notif itu dari Baron — sebelum saat iya benar-benar membeku karena darahnya terhenti, hingga merasakan tenang yang baru lagi iya rasakan sejak lama.

Sentuhan itu baru. Sudah lama ia tidak merasakannya. Lembut, penuh kasih, dan tulus — yang Abil rasakan dari sentuhan bibir lelaki tampan dengan suit berwarna biru.

Sorry, Bil. Baron tidak bisa menahannya.

Semua terasa baik-baik saja — sampai dirinya tersadar kalau ini hanya sepihak. Ia pun memberhentikan aksinya tiba-tiba.

!!

“I’m sorry…” ucap Baron dengan suara bariton nya. “I can't hold it …” bisik nya sambil menghela nafas dan memejamkan matanya perlahan. Perasaan bersalah menguasainya sekarang.

Mencoba mengatur nafas.

“Sorry…” bisik Baron sambil menatap netra Abil perlahan setelah membuka matanya. Tangannya masih berada dikedua rahang si perempuan, tidak ia lepas, hanya sedikit mengusap pipinya dengan ibu jarinya lembut.

Pupil Abil membesar. Netra Baron terlalu cantik untuk ditatap sedekat ini. Salah, bukan cantik, tapi benar-benar indah. “Holy… shit…”

Abil bahkan sudah menelan salivanya beberapa kali sejak tadi. Dan tatapan itu membuat Abil ingin membalasnya. Apakah harus?

Baron terus menahan matanya untuk tidak melihat kearah bibir milik Abil. Tidak, jangan, aku bahkan tidak bisa melepasnya juga ku teruskan… suara hati Baron.

Ah, sialan. Why this is so hard to hold?!

Cukup lama saling menatap. Membuat Abil semakin gugup, hingga akhirnya ia angkat bicara dengan bisikan, “R-ron — ”

Belum sempat Abil menyelesaikan ucapannya, Baron tanpa aba-aba melakukannya lagi sekali. Membuat Abil tertegun setengah mampus, namun tidak menolak.

Sulit, Tuhan… sangat sulit untuk menolak nya dari Baron…

“Let me kiss you…” bisik Baron disela kecupan lembut itu.

“Can I?” Izin Baron sebelum melakukannya lebih — sambil menatap arah bibir bawah si perempuan, masih mencoba menahan.

Abil belum merespon.

Tidak tahu ini datang dari mana, tetapi Baron terlihat jago dalam memancing lawan. Ia mencoba melangkah maju dan membuat Abil merasakan benda keras dan dingin menyentuh punggungnya.

Sial. Baron melakukannya sambil mendekatkan wajahnya, juga meninggalkan senyum mematikan disana.

Abil berdiri kaku — Melihat Baron yang terus menatap bibir bawahnya sejak tadi. Semua scenario berproses di kepalanya sekarang, menyuruhnya untuk melakukan hal ini itu dalam imaginasinya. Ia belum berani. Ia tidak ingin menyesalinya.

Tetapi saat ia memberanikan untuk melihat bibir bawah milik lelaki ini, ketakutannya pun hilang. Jujur, bibir milik lelaki ini seperti langsung mempengaruhi pikirannya.

Berniat mengangguk untuk menyetujuinya, Abil justru melangkah lebih dari dugaan Baron. Dia mengulurkan tangannya dan langsung mengalungkan tangannya pada leher besar Baron perlahan.

Abil tersenyum miring — sebelum saat ia melakukannya.

Abil memimpin sekarang, lebih dari dugaan Baron — sebelum akhirnya mereka saling merespon untuk mengutarakan masing-masing perasaan.

Sudah 1 menit berlangsung. Bahkan, satupun dari mereka tidak ada memberhentikannya — sebelum saat rambut Abil tersangkut di kancing lengan jas milik Baron.

“Aw!” Abil berteriak.

W-w-why… why…” Ucap Baron kaget dengan mulut yang sangat lembab. Dia kebingungan sendiri dan sepenuhnya belum sadar. Teriakan itu sangat tiba-tiba dan sungguh membuatnya menjadi canggung.

“Sshh — itu rambut gua… aw! Jangan di tarik!”

“Apa?? Rambut lu kenapa?!”

“Nyangkut di kancing baju lu, bego!”

“Ha?”

“Ahh sial! Lagian tangan lu ga bisa diem sih!! Heboh banget…”

Setelah mendengar Abil mengomel, Baron pun langsung melepaskan helaian rambut yang tersangkut di kancing baju tangannya perlahan, kemudian berdiri tegap dan canggung saat berhasil melepaskannya.

Bukannya ikutan canggung, Abil justru terkekeh melihat Baron yang saat ini berdiri di hadapannya, canggung. “Ya…”

“Oh? Oh…”

“Why?”

“‘Why?’”

“Why did you kiss me so hard?”

“Why? It was good?”

Abil membuka matanya lebar, sedikit terkejut — Sebelum akhirnya dia tersenyum miring dan menarik kerah kemeja milik Baron. “Yes, it was.”

Senyum manis Baron sebelum saat berubah menjadi smirk.

--

--